A. Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal dan bertepatan dengan bulan Agustus tahun 570 Masehi, namun menurut riwayat yang benar beliau lahir pada Senin, 9 Rabiul Awal tahun gajah- disebut dengan tahun gajah sebagaimana telah diceritakan pada bagian sebelumnya- dan bertepatan dengan 20-22 April 571 Masehi.
Ketika datang kabar gembira kepada Abdul Mutholib akan kelahiran cucu laki- laki dari anak kesayangannya- Abdullah-, maka bayi laki- laki tersebut diserahkan kepada Abdul Muthollib dan dibawanya masuk ke ka’bah. Abdul Muthollib pun memberi nama bayi dengan Muhammad- orang yang terpuji- yang mana pada waktu itu nama Muhammad tidaklah lazim digunakan oleh orang- orang arab untuk memberi nama anak mereka.
B. Perkembangan dan pendidikan Muhammad SAW
Pada awalnya setelah disusui oleh ibunya- Aminah- beliau disusui oleh Tsawibah- budak Abu Lahab paman Nabi yang mana sebelumnya telah menyusui Hamzah bin Abdul Muthollib.
Dan kebiasaan masyarakat Mekah pada waktu itu adalah menyusukan anaknya kepada wanita di desa; karena udara di desa lebih sejuk dan bersih cocok untuk tumbuh kembang bayi, bebas dari segala jenis penyakit dan bahasanya pun masih murni- fashih-. Diantara kabilah yang terkenal dengan pekerjaan ini adalah kabilah Bani Sa’ad. Mereka berbondong- bondong datang ke Mekah untuk mencari anak yang bisa mereka susui dan mendapat upah dari pekerjaan ini. Tak terkecuali pergilah Halimah As Sa’diyah dan suaminya Al Harits bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Abu Kabsyah; yang mana penduduk Bani Sa’ad pada waktu sedang mengalami kekeringan.
Semua wanita Bani Sa’ad telah pulang membawa anak yang akan mereka susui kecuali Halimah, dan tidak tersisa dari bayi- bayi kaum Quroiys kecuali Muhammad, pada awalnya Halimah enggan untuk mengambil Muhammad sebagai anak susuannya; dikarenakan dia anak yatim dan miskin. Tapi setelah Allah membuka hatinya, akhirnya dia mau membawa Muhammad untuk disusui.
Saudara sesusuan Muhammad SAW adalah: Abdullah, Anisah, Hudzafah( Syaima’).
Pada waktu itu Halimah juga sedang menyusui Abu Sufyan bin Al Harits bin Abdul muthollib. Hamzah bin Abdul Muthollib pun saat itu sedang disusui di Bani Sa’ad dan pernah disusui Halimah pula, maka Hamzah adalah saudara sesusu Muhammad SAW dari 2 jalan, Tsawibah dan Halimah.
Halimah dan keluarganya melihat barokah pada diri Muhammad SAW, kambing yang awalnya kurus tidak menghasilkan air susu menjadi gemuk banyak air susunya dan berkembang biak pesat, ladang mereka pun menjadi tumbuh subur dan mereka hidup makmur berkecukupan.
Dan Halimah pun sangat menyayangi Muhammad SAW. Setelah masa 2 tahun penyusuan ia meminta agar Muhammad tetap berada dalam pengasuhannya. Hingga tibalah kejadian pembelahan dada Muhammad SAW oleh 2 malaikat- dengan memakai pakaian putih -yang datang kepada Muhammad SAW saat beliau main dengan saudara- saudaranya. 2 malaikat ini membelah dada Muhammad SAW dan mengeluarkan gumpalan darah hitam yang merupakan bisikan setan, membuangnya kemudian mengembalikan dada Muhammad SAW seperti sedia kala.
Kejadian ini dilihat oleh anak- anak Halimah yang kemudian dilaporkan kepada ibunya; karena khawatir terjadi sesuatu dengan Muhammad, akhirnya Muhammad SAW dikembalikan kepada ibunya saat berusia 4 atau 5 tahun.
Allah SWT telah memuliakan utusan Nya dengan mukjizat ini untuk memberi kabar gembira akan kenabiannya, mengalihkan pandangan orang- orang kepadanya dan mempersiapkannya untuk menjadi pemimpin umat.
Kembali kepangkuan ibunya
Pada usia enam tahun, beliau diajak ibunya untuk berziarah ke makam bapaknya di Yatsrib; yang mana jarak antara keduanya adalah +- 500 Km dengan ditemani saudara ibunya dan budak peninggalan bapaknya – Ummu Aiman-. Mereka menetap disana selama sebulan, saat akan kembali ke Mekah Aminah sakit dan meninggal di Abwa’- desa antara Mekah dan Madinah- dan dikubur disana. Maka Muhammad SAW menjadi yatim piatu dalam usianya yang keenam.
Dalam pengasuhan kakeknya Abdul Muthollib
Abdul Muthollib sangat menyayangi Muhammad dan lebih mengutamakannya daripada anak- anaknya. Suatu hari saat Abdul Muthollib duduk ditempat khusus baginya dan dikelilingi oleh anak- anaknya dan pemuka Quroisy yang lain, tiba- tiba Muhammad datang dan menghampiri kakeknya, orang –orang disekitar Abdul Muthollib menghalangi Muhammad saat dia akan mendekati kakeknya, tapi Abdul Muthollib malah mendudukkan Muhammad disampingnya dan mengatakan bahwa dia menempati kedudukan istimewa bagiku. Saat beliau berusia 8 tahun 2 bulan 10 hari, kakeknya meninggal dan pengasuhan Muhammad diserahkan kepada pamannya Abu Tholib.
Dalam pengasuhan pamannya Abu Tholib
Dikarenanakan keluhuran budi pekerti Muhammad; maka pamannya pun lebih menyayangi dan mengutamakannya dari pada anak- anaknya.
Diusianya yang kedua belas, beliau diajak pamannya untuk berdagang ke Syam. Saat tiba di daerah yang bernama ‘Bushro” kafilah dagang pamannya disuruh berhenti oleh pendeta nasrani untuk dijamu makan; yang mana hal ini tidak pernah mereka lakukan sebelumnya. Seluruh rombongan kafilah dagang datang memenuhi jamuan pendeta nasrani dan meninggalkan Muhammad untuk menjaga barang dagangan mereka.
Saat mereka sedang makan, pendeta nasrani memperhatikan mereka dan menanyakan apakah kalian meninggalkan seseorang? Abu Tholib menjawab,” tidak”. Pendeta nasrani pun mengingkari jawaban Abu Tholib, akhirnya Abu Tholib pun menjawab:” ya kami hanya meninggalkan seorang anak kecil untuk menjaga barang kami”. Pendeta nasrani pun menyuruh mereka agar memanggil anak kecil itu.
Pendeta nasrani pun memperhatikan Muhammad dengan seksama, kemudian menanyakan kepada Abu Tholib: “ siapakah anak ini?”. “ Dia adalah anakku”, jawab Abu Tholib. Pendeta pun mengingkari jawaban Abu Tholib dan mengatakan bahwa bapaknya tidak seharusnya masih hidup. Maka Abu tholib menjawab bahwa dia adalah anak dari saudara lelakinya. “ Apa yang terjadi dengan bapaknya?”, tanya pendeta nasrani. Abu Tholib pun menjawab bahwa bapaknya meninggal saat dia masih dalam kandungan ibunya. Pendeta pun membenarkan jawaban Abu Tholib dan menyarankan agar Muhammad dibawa pulang kembali ke Mekah, khawatir kalau nanti tanda- tanda kenabian yang ada dalam diri Muhammad SAW diketahui orang- orang yahudi yang mengancam keselamatan Muhammad SAW. Abu Tholib pun menyuruh salah seorang budaknya agar membawa pulang Muhammad ke Mekah sesuai saran pendeta nasrani.
Sebagaimana kita ketahui dalam kitab suci Al- Qur’an bahwasannya orang- orang Yahudi dan Nasrani mengenali Muhammad SAW sebagaimana mereka mengenali anak- anak mereka; yang mana berita kedatangan Nabi terakhir dan ciri- cirinya telah jelas tertulis dalam kitab suci mereka, namun karena keangkuhan orang- orang Yahudi dan kebodohan orang- orang Nasrani mereka mendustai risalah Nabi yang agung ini. ( bersambung)
-PART 3-
Referensi:
1. Muqoror tarikh islam I’dad LIPIA
2. Arrohiq Al Makhtum
3. Mukhtashor Sirotur Rosul SAW Li Muhammad bin Abdul Wahab
4. Nurul Yaqin Fi Siroti Sayyidil Mursalin
Dirangkum oleh: Akhiru Nisa