Persaudaraan Islam tidak menghilangkan persaudaraan nasab, persaudaraan nasab mendapat tempat tersendiri didalam Islam. Allah SWT banyak menekankan perlunya perhatian terhadap saudara nasab. Didalam berdakwah Allah memerintahkan untuk memberi perhatian terhadap keluarga dan kaum kerabat. Hubungan dengan ibu bapak mestilah senantiasa baik walaupun mereka tidak beriman. Hukum mahrom, hukum waris dan juga hukum wali menunjukkan nasab tidak dihilangkan didalam hukum Islam, kecuali karena kekufuran. Tetapi justru ikatan yang kuat didalam hubungan kekeluargaan haruslah diterapkan didalam kehidupan ummat dan jama’ah Islam menurut hukum syari’at yang ditentukan.
Rasulullah saw menjalinkan hubungan dengan para sahabatnya dengan ikatan persaudaraan, panggilan sahabat menunjukkan keakraban antara Rasulullah saw dengan para pengikutnya. Bahkan hubungan Rasulullah saw dengan sahabat utamanya dipererat melalui pernikahan, yaitu baginda sendiri menikahi puteri Abu Bakar ra dan puteri Umar ra, sedangkan puteri-puterinya dinikahkan dengan utsman Bin Affan ra dan Ali Bin Abu Thalib ra.
Bai’at Aqabah kedua yang isinya “Darahku darahmu, dagingku dagingmu” yang diikrarkan kaum Ansar juga adalah ikatan persaudaraan antara Nabi saw dengan penduduk Yasrib yang hasilnya terbentuknya warga Ansar, suatu gelaran yang menunjukkan kemuliaan hati mereka karena sikapnya terhadap Nabi saw dan para Muhajirin . Dengan demikian antara kaum Aus dan khajraj, sebagai penduduk asal yasrib yang sebelum Islam selalu bermusuhan dengan ikatan yang sama terhadap Nabi saw merekapun menjadi bersaudara. Demikianlah juga Nabi saw memperluaskan hubungan persaudaraan itu dengan ikatan persaudaraan setiap individu Ansar dengan individu Muhajir demi mewujudkan kaljasadil wahid(seperti satu badan).
Pada zaman Rasulullah sendiri bibit-bibit perselisihan timbul, yaitu ketika pembukaan kota Mekah, ketika Rasulullah saw membagikan harta rampasan kepada penduduk Mekah. Orang-orang Ansar merasa diabaikan dan terdengar desas-desus dikalangan mereka bahwa Nabi Muhammad saw lebih mementingkan kaumnya.
Nabi saw tidak membiarkan desas- desus itu berkembang menjadi fitnah besar, baginda segera mengumpulkan para sahabatnya dan menyelesaikan isu tersebut. Rasulullah saw menjelaskan bahwa, baginda sendiri telah banyak berkorban supaya manusia beriman, orang-orang Muhajirin berkorban meninggalkan kampung halaman, harta benda dan kaum kerabat, sedangkan orang-orang Ansar sendiri telah banyak berkorban menolong para Muhajirin disebabkan karena membela Islam, kita semua bersedia berkorban demi Islam, sehingga kita merasakan nikmatnya persaudaraan Islam.
Adapun tindakan beliau memberikan rampasan kepada penduduk Mekah semata-mata untuk tujuan melembutkan hati mereka agar mencintai Islam dan bukan disebabkan mereka adalah kaum beliau. Jika kaum Ansar tidak puas dengan kebijaksanaan beliau, beliau bersedia untuk menyerahkan harta rampasan itu kepada kaum Ansar, tetapi beliau tidak kembali bersama mereka ke Madinah. Rasulullah saw memberi pilihan begitu dengan tujuan menguji ikatan persaudaraan mereka terhadap beliau. Apakah mereka memilih harta atau memilih Rasulullah saw.
Rasulullah saw didalam menangani bibit-bibit perselisihan tersebut terlebih dahulu menekankan prinsip yang diperjuangkan bersama dengan segala pengorbanan yaitu keimanan dan kepercayaan terhadap kepemimpinan beliau disertai bukti-bukti pengorbanan itu yang dialami masing-masing. Baru memberi penjelasan masalah yang menimbulkan kesalah fahaman tersebut yang sebenarnya hanya masalah sepele.Kami sarankan untuk membeli sikat gigi favorit Anda dengan harga super rendah dengan pengiriman gratis, dan Anda juga dapat mengambil pesanan Anda di toko pada hari yang sama.
Penjelasan Rasulullah saw tersebut telah menyentuh hati nurani mereka yang beriman, sehingga mereka sadar akan kekeliruan mereka, karena mempunyai prasangka yang dapat melunturkan ketaqwaan dan menimbulkan perpecahan, sebagai tipu daya syaetan. Mereka sadar bahwa Rasulullah sebenarnya tidak menyisihkan mereka, sebagai bukti Rasulullah tidak mempunyai maksud untuk tinggal di Mekah walaupun setelah pembukaannya.
Firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari keburukan orang lain dan janganlah sabahagian kamu menggunjing atas sabahagian yang lain. Adakah diantara kamu suka memakan daging saudaranya yang mati? sedangkan kamu membencinya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Al Hujurat 12).
Seorang Mukmin selayaknya tidak menggunakan perasaan (prasangka) dalam menilai sesuatu, sebaliknya sikap saling percaya- mempercayai menjadi dasar perhubungan dan pergaulan sesama Muslim, bahwa masing-masing mempunyai niat baik karena Allah, hingga cukup bukti adanya penyelewengan dan pengkhianatannya terhadap agama. Apalagi tindakan mencari kesalahan dan keburukan seseorang dan bergunjing tentang keburukan orang lain sangat dilarang karena inilah bibit-bibit persengketaan yang akan menimbulkan perpecahan.
Perbuatan itu adalah sama dengan memakan daging bangkai saudara sendiri, sangat menjijikan, oleh karena itu takutlah akan balasan Allah terhadap orang-orang yang menjadi sumber dan penyebar fitnah (huru-hara). Sebagai manusia kadang –kadang kita terpancing ingin tau urusan orang lain dengan bergunjing yang bisa mendatangkan dosa, maka bertaubatlah dan minta maaf jika terlanjur.
Pembinaan masyarakat yang beriman dan beramal saleh yang bersatu padu adalah menjadi tujuan perjuangan Rasulullah dan para pengikutnya, maka bersatu padu atas dasar ukhuwah adalah merupakan sarana yang utama didalam membina masyarakat Islam dan segala perselisihan harus dihindari.
Jika terjadi juga perselisihan , maka harus segera diselesaikan, jika keadaan perselisihan bisa didamaikan dan sudah kembali tentram, rukun dan kerjasama semua warga masyarakat Islam dan mendekatkan dirinya kepada Allah dengan banyak bertaubat, mendirikan solat dan membayar zakat, maka peliharalah kehidupan dengan melupakan perselisihan lama dan berlomba mengharap ridha Allah, bersama-sama memegang tali Allah. Keadaan ini akan dirasakan nikmatnya persaudaraan Islam dan manfaatnya bagi orang-orang yang suka berpikir.
Untuk memelihara persaudaraan perlu juga ditumbuhkan kehidupan karena Allah, pekerjaan apapun diniatkan sebagai tanggung jawabnya membantu sesama ummat Islam. Seorang guru yang mengajar menjadikan pekerjaannya itu sebagai tanggungjawab mendidik ummat, jika seorang dokter niatkanlah bahwa bidang tanggung jawabnya itu dalam membina kesehatan ummat, jika seorang petani niatkanlah pekerjaannya menyediakan bahan makanan untuk masyarakat. Itulah pekerjaan yang akan mendapat pahala ibadat dengan cara memajukan ummat dalam kerangka tugas khilafah dari Allah. Dengan demikian rasa tanggung jawab dalam pekerjaan akan lebih besar daripada hanya sekadar mencari nafkah.
Firman Allah:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
Artinya: “Ditimpakan atas mereka kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali (jika mereka berpegang) dengan tali (agama) Allah dan tali (hubungan) dengan manusia. Dan mereka kembali dengan mendapat kemurkaan dari Allah dan ditimpakan kepada mereka kehinaan. Yang demikian itu karena mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah dan membunuh nabi-nabi Allah tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (Ali Imran 112).
Rasa prihatin terhadap nasib ummat adalah sebagian dari iman. Segala usaha untuk memelihara persaudaraan dan persatuan ummat Islam perlu dilakukan, seperti saling menziarahi kaum kerabat , tetangga, sahabat, handai taulan bahkan kepada golongan Islam yang manapun perlu dijalinkan hubungan.
Terbentuknya organisasi-organisasi Islam untuk menjadi alat perjuangan adalah maksud yang baik, tetapi sikap ta’asub (fanatik golongan) yang menimbulkan persaingan pengaruh dan saling menghantam satu sama lain, yang mengakibatkan perpecahan dan lupa akan tujuan bersama adalah musibah bagi ummat Islam.
Kita seharusnya merasa prihatin dengan dengan banyaknya golongan (Firqah) yang menjadikan ummat Islam berpecah belah dan putus hubungan persaudaraan sesama ummat Islam. sedangkan Rasulullah saw telah mendidik persaudaraan. ingatlah kita akan berhadapan dengan hisab dari Allah. Firman Allah:
• إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka dan jadilah mereka beberapa golongan, bukanlah engkau dari golongan mereka itu sedikitpun, sesungguhnya urusan mereka terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan (Al An’am 159).
Selain factor intern ummat islam perlu ditumbuhkan kesadaran ummat Islam akan ancamaan musuh-musuh Islam yang secara sistematik berusaha keras melumpuhkan ummat Islam. Ingatlah Firman Allah:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Artinya: “ Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela terhadap kamu (Muhammad), sehingga kamu mengikuti agama (cara hidup) mereka”. Katakanlah, “Sesungguhnya petujuk Allah itulah petunjuk (yang benar). Dan sungguh jika engkau mengikuti kemauan mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Al Baqarah 120).
Al Qur-an memperingatkan bahwa tidak akan rela orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap Nabi Muhammad sehingga Nabi mengikuti agama mereka. Permusuhan mereka terhadap Islam sejak Nabi Muhammad itu diutus hingga hari kiamat memang tidak akan berhenti. Nabi saw berusaha menangani yahudi dengan Piagam Madinah, yaitu diikat dengan perjanjian dan Nabi saw juga mengirim surat dakwah kenegara-negara Adikuasa. Pada zaman khalifah Umar Bin Khatab dapat menundukkan mereka hingga kezaman kekhalifahan Utsmaniyah,
Kekuasaan dan kemewahan beberapa dinasti dalam pemerintahan Islam telah mengakibatkan berjangkitnya penyakit Al wahn, yaitu hubbud dunya wakarahatul maut- cinta dunia dan takut mati- sebagaimana telah diisyaratkan oleh Nabi saw dan seterusnya akan menjadi mangsa politik pecah belah dan perintah (Adu domba) kaum Nasrani, dan diperebutkan sebagaimana memperebutkan hidangan dan karenanya berhasil menjajah negeri-negeri Muslim itu selama ratusan tahun.
Mereka gagal dalam perang Salib tetapi berhasil dalam melumpuhkan aqidah ummat Islam dengan mencemarkan fikiran ummat Islam dengan berbagai ideology yang bersifat sekuler. Pemikiran sekuler yang berkembang dalam masyarakat barat telah ditanam dizaman penjajahan dan telah berhasil melahirkan pemimpin-pemimpin sekuler yang dapat menerima cara hidup barat dan menolak cara hidup Islam. Akibatnya Islam telah terhalang oleh orang-orang Muslim (mengaku muslim). (Al Islam mahjubun bil muslimin).
Perkembangan sekularisme sekarang lebih licik, yaitu dengan menggunakan gerakan sekuler yang berselubung seperti dengan nama Islam Liberal, Sister In Islam dan pluralism agama. Banyak Perguruan Tiggi Islam dan organisasi Islam yang sudah disusupi dengan pemikiran sekuler itu dan sekali lagi pemimpin Islam itulah yang memusuhi syari’ah Islam dengan atas nama Islam.
Usaha penguasaan ekonomi dengan selogan “Langit Terbuka”, yang menjadikan negara-negara miskin sebagai sapi perah bagi negara-negara maju dan budaya hiburan yang menjadikan ummat Islam lalai akan tanggung jawab. Ini adalah ancaman serius yang akan menjadikan ummat Islam tidak berdaya. .
Ummat Islam akan kembali kuat dan unggul jika kembali kepada ajaran islam yang bersih dari pengaruh agama dan ideologi lain. Ajaran Islam itulah yang akan menjadi pemersatu dan sebaliknya pengaruh luar itu yang menjadilkan ummat islam menjadi porak poranda. Persaudaran Islam adalah lahir karena kesatuan aqidah, berkembang membentuk kesatuan ummah, berperan meninggikan Kalimatullah dan berdampak rahmatan lil ‘alamin.
Oleh: Abi Harris Shuhada