1 syawal 1439 H
بِسْمِ اللهِ الرّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ عَلىَ اَشْرَفِ اْللأَنْبِياَءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِناَ وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ,
: اَمَّا بَعْدُ
Ya Allah, limpahkan shalawat pada pemimpin kami Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dan begitu pula pada keluarganya yang baik, kepada para sahabat pilihan, dan yang mengikuti mereka dengan penuh ihsan hingga hari kiamat.
Allah ta’ala berfirman dalam Surah An-Naas ayat 1 s.d 5 :
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
- Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
- Raja manusia.
- Sembahan manusia.
- Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
- Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
- Dari (golongan) jin dan manusia.
Kita hidup mempunyai tujuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Ketika Allah SWT menciptakan Adam as, manusia pertama, Allah SWT telah memberitahu para malaikat tentang tujuan penciptaan-Nya. Para Malaikat tidak mengerti mengapa Allah SWT menciptakan makhluk yang ada nafsu dan akal. Nafsu dan akal itulah yang membut manusia berselisih karena memperebutkan nafsunya dan dengan akalnya pula manusia lebih jahat dari binatang sehingga bisa berakibat kehancuran. Allah SWT Maha Mengetahui akan sifat-sifat tabi’i yang membedakan manusia dengan jin dan malaikat atau manusia dengan binatang. Disinilah uniknya manusia yang memiliki tugas sebagai khalifah di muka bumi.
Allah SWT selanjutnya telah mengajarkan Adam as berbagai ilmu pengetahuan sehingga para malaikat mengerti dan sujud kepada Adam as, dan ketika diturunkan kebumi Allah SWT menyempurnakannya dengan hidayah. Memang jika manusia yang mempunyai kesempurnaan diatas dan menggunakannya dengan sebaik baiknya, manusia bukan saja dapat membawa dirinya tetapi dapat mengurus kehidupan semua makhluk di muka bumi. Kesempurnaan itu disebut dengan hidayatul fitri ( naluri ) hidayatul khawas ( panca indera ) hidayaul aqli ( akal ) dan hidayatuddin ( Islam ). Allah SWT menjadikan kehidupan manusia di muka bumi ini sebagai medan perjuangan dan ujian untuk melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan disiplin atau ikut nafsu dan bujukan syetan.
Visi hidup manusia adalah menjadi khalifah dibumi dalam Firman Allah ta’alaa Surah Al Baqarah : 30
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Misi hidup manusia adalah mengabdi kepada Allah dalam FirmanNya Surah Ad-Dzariyat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Aqidah kita adalah beriman kepada Allah SWT sebagai rabb, yaitu pencipta dan pemelihara alam semesta termasuk manusia. Malik, yaitu raja/penguasa dan illaah, yaitu sesembahan manusia. ( QS An-Nas: 1, 2, 3 ). Diperkuat dengan firman Allah SWT, maksudnya “Segala puji bagi Allah rabb seluruh alam”. ( QS Al- Fatihah: 2 )
Hubungan tauhid rububiyah dan uluhiyah.
Wahai manusia beribadahlah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa ( QS Al-Baqarah: 21 ). “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atapnya dan Dialah yang menurunkan air ( hujan ) dari langit. Lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah buahan sebagai rezeki buat kamu sekalian. Maka janganlah kamu menyekutukan AllahSWT, padahal kamu mengetahui ( QS Al-Baqarah: 22 ).
Allah sebagai Malik yang berkuasa diatas seluruh alam. Firman Allah SWT, artinya: “Maha Suci Allah yang ditangan-Nya lah segala kerajaan (alam semesta) dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.” ( QS Al-Mulk: 1 ). Allah SWT juga adalah raja yang menguasai segala raja dan segala kekuasaannya. Firman Allah: ” Katakanlah ( Wahai Muhammad ) Wahai Allah Raja atas segala raja (pemilik segala kekuasaan). Engkau berikan kekuasaan kepada sesiapa yang Engkau kehendaki dan Engkau menarik kekuasaan daripada sesiapa yang Engkau kehendaki. engkau memuliakan sesiapa yang Engkau kehendaaki dan Engkau menghinakan sesiapa yang Engkau kehendaaki ditangan Engkaulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha berkuasa atas segala sesuatu. ( QS Ali-Imran: 26)
Allah SWT memerintahkan untuk mengurus kehidupan didunia ini kepada manusia. Allah SWT berfirman: “Dan ketika rabb kamu berfirman kepada para malaikat Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” ( QS Al -Baqarah: 30). Kemudian berfirman: ” Turunlah kamu semuanya dari surga itu, kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku itu, biscaya tidak ada kehawatiran atas mereka, dan tidak ( pula ) mereka besedih hati.” ( QS Al -Baqarah: 38 ). Diperkuat pula dengan perjanjian Allah SWT: ” Allah telah berjanji terhadap orang orang beriman dan beramal soleh, bahawasanya mereka akan dijadikan khalifah dibumi sebagaimana Allah SWT telah menjadikan orang-orang sebelum mereka dan akan ditegakkan agama mereka yang mereka ridha bagi mereka dan Allah SWT akan menggantikan rasa takut mereka dengan perasaan aman, mereka mengabdi kepada-Ku dan tidak berbuat syirik dengan sesuatupun dan barang siapa yang kafir setelah itu merekalah orang orang yang fasiq.”
Kesimpulannya bahawa tugas manusia dibumi sebagai khalifah adalah mengatur kehidupan menurut petunjuk Allah SWT. Makna kehidupan adalah segala sesuatu yang menjadi konsekuensi hidup, mulai dari urusan makan minum, berpakaian, perumahan, pekerjaan mencari nafkah , pendidikan, kesehatan, keperluan rohani, rumah tangga, sosial dan politik, kesemua itu wahib diatur dengan hukum Allah SWT yang termaktub didalam Al-Qur an dan dicontohkan Rasulullah SAW dalam sunnahnya. Ahli fiqh telah membagi hukum syari’at ini kedalam 4 katagori; Pertama ibadah, kedua muamalah, ketiga munakahah, keempat jinayah. Bahkan perkembangan baru terdapat fiqh sirah, fiqh manhaj, fiqh siyasah fiqh aulawiyat dsb.
Ibadah dikodifikasikan (baca:dibukukan) didalam kitab fiqih menjadi satu bahagian, pembahasan peraturan-peraturan yang berhubungan langsung dengan Allah SWT secara vertikal, mulai dari bab bersuci sampai bab Haji. Adapun muamalah, munakahah dan jinayah adalah berhubungan dengan kemasyarakatan merupakan hubungan horizontal lebih bersifat tugas dan peran manusia sebagai khalifah di muka bumi. Namun demikian sejatinya pada diri manusia ada dua fungsi, yaitu sebagai khalifah dan ‘abid (baca:hamba) maka tugas kita sebagai khalifah juga boleh disatukan menjadi ibadah selama kita melaksanakan tugas itu mengikuti hukum Allah SWT dan niat kerana Allah SWT, ini juga dipanggil ibadah umumi. Ungkapan Sayyidina Ali ra: “Seluruh hidup kami adalah ibadah”
Visi hidup manusia adalah menjadi khalifah dibumi ( QS Al-Baqarah: 30 )
Missi hidup manusia adalah mengabdi kepada Allah ( QS Ad-Dzariyat: 56 ).
Aqidah kita adalah beriman kepada Allah SWT sebagai rabb, yaitu pencipta dan pemelihara alam semesta termasuk manusia. Malik, yaitu raja/penguasa dan Ilaah, yaitu sembahan manusia. ( AS An-Nas: 1, 2, 3). Diperkuat dengan firman Allah SWT, artinya: ” Segala puji bagi Allah rabb penguasa seluruh alam.” ( QS Al-fatihah: 2).
Hubungan tauhid rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah.
Wahai manusia beribadahlah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa ( QS Al-Baqarah: 21 ). “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atapnya dan Dialah yang menurunkan air ( hujan ) dari langit. Lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah buahan sebagai rezeki buat kamu sekalian. Maka janganlah kamu menyekutukan AllahSWT, padahal kamu mengetahui ( QS Al-Baqarah: 22 ). Allah mencipta manusia dari sejak Nabi Adam as sampai kiamat nanti adalah untuk menyembah Allah dan bertaqwa kepada Allah. Allah juga yang mencipta bumi dan langit begitu kokoh, aman tentram sesuai untuk tempat tinggal, maka janganlah kamu melakukan perbuatan syirik.
Allah SWT sebagai rabb yang mencipta dan memelihara alam semesta ini tidak hanya untuk disembah secara ritual saja tetapi Allah SWT Raja yang berkuasa atas alam semesta ini dengan menurunkan hukum syariah untuk dijadikan peraturan hidup. Allah SWT sebagai Malik yang berkuasa keatas seluruh alam, Allah SWT pada dasarnya yang menentukan siapa saja yang berkuasa dan menjatuhkan kekuasaan dan juga nasib seseorang baik mulia atau hina. Allah SWT maha barkuasa atas apapun yang terjadi didunia. Allah SWT mengutus para Rasul adalah sebagai tangan kekuasan Nya untuk menghadapi raja raja yang kafir dan dzalim. Allah SWT berfirman, artinya: “ Maha Suci Allah yang ditangan-Nya lah segala kerajaan (alam semesta) dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.” ( QS Al-Mulk: 1 ). Allah SWT juga adalah raja yang menguasai segala raja dan segala kekuasaannya. Firman Allah: ” Katakanlah ( Wahai Muhammad ) Wahai Allah Raja atas segala raja (pemilik segala kekuasaan). Engkau berikan kekuasaan kepada sesiapa yang Engkau kehendaki dan Engkau menarik kekuasaan daripada sesiapa yang Engkau kehendaki. engkau memuliakan sesiapa yang Engkau kehendaaki dan Engkau menghinakan sesiapa yang Engkau kehendaaki ditangan Engkaulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha berkuasa atas segala sesuatu. ( QS Ali-Imran: 26). Pertukaran kekuasaan diantara mukmin dan kafir inilah medan perjuangan selama didunia, “Allahlah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa diantara kamu sekalian yang terbaik amalannya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” ( QS Al-Mulk: 2). Tetapi diakhirat Allah SWT berkuasa secara langsung mengadili kehidupan manusia didunia. Maliki yaomiddin, ahkamul hakimin.
Tauhid kepada Allah SWT secara lebih terperinci ialah mengenal nama nama Allah SWT yang sempurna yang juga menjadi sifat-Nya. Nama nama itu disebut didalam Al-Quran dengan tersusun dikenal sebagai Asmaul Husna yang bermaksud nama nama Allah SWT yang sempurna dan memerintahkan agar berdo’a dengan Asmaul Husna sebagai panggilan kepada Allah SWT sesuai dengan hajat kita. Asmaul Husna memang nama nama yang terbaik yang menunjukkan kesempurnaan Allah SWT yang berjumlah 99 nama.
Dengan menghayati Asmaul Husna, kita boleh mengenal Allah SWT dengan luas dan dalam terhadap sifat-sifat Nya. Dengan mentadabburi Al-Qur’an maka kita dapat memahami keluasan sifat Allah SWT, dan bisa mempermudah memahami kitab-kitab Tafsir Al Qur-an dan Hadis Nabi untuk memperluas pemahaman.
Aqidah sifat Dua Puluh yang disusun Abu Hasan As’ari dan Abu Mansur Al Maturidi yang menjadi pegangan sebahagian Ahlu Sunnah Wal Jamaah adalah satu rumusan yang penting untuk membendung pemahaman yang menyimpang dari ajaran Islam yang benar pada masa itu. Masalah khilafiah yang timbul adalah ketika pihak Assy’airah menekankan sifat Mukhalafatul lil hawadisi, menjadikannya sebagai landasan mentakwil ayat-ayat yang dianggapnya sebagai tajsim (baca:bentuk fisik) Seperti ayat yang bermakna “Ar Rahmanu alal ‘arsyi stawa” Allah bersemayam diatas arasy”. Perkataan istawa harus ditakwil ( dibelokkan ) dengan perkataan istaula, yang maksudnya berkuasa. Adapun bagi kaum Salafi ayat itu sudah jelas tidak perlu dita’ wil, untuk tidak menjadi tajsim cukuplah dengan tidak membayangkan jisim Allah SWT, sebab laisa kamislihi syaiun. Ayat itu justru melambangkan keagungan Nya.
WallohuA’lam