Don't Miss
Home / Kajian Islam / Merekonstruksi Alam dalam Kajian Sains dan Agama
Merekonstruksi Alam dalam Kajian Sains dan Agama

Merekonstruksi Alam dalam Kajian Sains dan Agama

Oleh : Ust Dr Hariman Surya Siregar. M.Ag

Studi Kasus pada Masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dampak Covid-19

Allah SWT menciptakan Alam Semesta dan segala isinya untuk manusia agar mempercayai, menambah ke Imanan dan ke Taqwaan akan Dzat yang Maha Kuasa dan Maha Segalanya yaitu Allah Swt. Kesadaran dan pemahaman ini harus di Imani bahwa manusia sebagai khalifah di bumi harus mampu memanfaatkan dengan penuh tanggung jawab bukan sebaliknya. Keseimbangan alam ini perlu dijaga dan dikendalikan sehingga harmonisasi antara alam dan kehidupan manusia dapat berlangsung dengan baik, di samping perlu ada etika sains dalam memahami dan memanfaatkan alam semesta ini dengan bijak dan memikirkan keberlangsungan hidup manusia yang tidak dapat dipisahkan dengan alam berserta isinya. Kerusakan lingkungan umumnya disebabkan oleh tindakan manusia, seperti penggunaan teknologi dengan bahan kimia yang berlebihan terbukti menyebabkan degradasi (Widana et al., 2018). Ini merupakan bahan pemikiran dan kajian yang harus sampai pada tataran praktis tidak hanya teori, keseimbangan alam perlu dijaga dengan baik.

Transformasi etika dalam rekonsiliasi sains dan agama khususnya di dalam ranah pendidikan untuk mengajarkan nilai-nilai agama sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang di dalamnya terdapat integrasi agama dan ilmu pengetahuan (Susanto, 2019). Agama dan ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan, agama menuntun manusia ke dalam kebenaran di mana di dalamnya diajarkan bagaimana manusia harus bermanfaat dalam menjaga dan melestarikan alam, begitupun alam semesta ini bermanfaat dalam menunjang aktivitas manusia. Sains Islam dapat dibangun dari Al-Quran sebagai dasar epistemologi ilmiah. Wahyu sebagai sumber yang memberikan inspirasi bagi konstruksi ilmu pengetahuan sedangkan logika dari ayat-ayat universal mengusulkan pendekatan “Sains Islam” di mana sains dibangun berdasarkan inspirasi wahyu Allah sebagai sumber inspirasi untuk membangun sains (Khoirudin, 2017).

Pandemi virus Corona memiliki dampak luar biasa bagi sebagian besar orang dibelahan dunia. Jumlah Negara/kawasan yang terinfeksi virus corona sebanyak 213, kasus terkonfirmasi infeksi 2.544.792 dan kematian 175.694 sampai tanggal 23 April 2020 (WHO). Peningkatan insiden sebagaian besar mengikuti pertumbuhan eksponensial dan rata-rata jumlah reproduksi dasar (RO) diperkirakan berkisar antara 2.24% , (CI) 1,96-2,55. Covid-19 RO 2,68, (Crl) 2,47-2,86) dan waktu penggandaan epidemi menjadi 6,4 hari, berkisar antara 2,1 hari hingga 11,1 hari dengan potensi penularan tanpa gejala (Chen et al., 2020). Data tersebut perlu dipikirkan dan dikaji mengapa hal ini terjadi, perlu disikapi dengan baik dari pandangan sains dan agama perihal faktor penyebab pandemi ini terjadi ditinjau dari ilmu medis atau sains dan agama.

Dampak yang disebabkan oleh virus corona ini menyangkut perbagai aspek, seperti aspek sosial, budaya, dan yang lebih parah adalah aspek ekonomi (Zaharah & Kirilova, 2020) yang bermuara pada vakumnya aktivitas manusia, menjadikan seolah Bumi alam di restart kembali dibersihkan dari polusi udara, air tanah dan yang lainnya. Meskipun mengorbankan ratusan ribu nyawa manusia. Ini pelajaran yang berharga tentang kehidupan, bahwa materi pada posisi seperti ini seperti tidak berharga, karena manusia tidak bisa pergi dan membelanjakan materi yang dimiliki. Keadaan seperti ini menuntun manusia untuk lebih baik bersikap terhadap alam, dan lebih peduli terhadap sesama manusia. Praktik spiritual lebih terkait dengan praktik kerja positif daripada praktik keagamaan, nilai-nilai kepemimpinan spiritual harus diwujudkan dalam tindakan nyata (Ali et al., 2018).

Sains dan agama dalam merekontruksi alam maksud pembahasan pada paper ini adalah bagaimana pandangan sains dan agama dalam menyikapi pandemi covid-19 ini yaitu dengan berpikir positif dan mengambil hikmah atas musibah ini salah satunya alam merefresh kembali keadaan seperti berkurangnya polusi udara, mengembalikan peran hakiki orang tua dalam mendidik anak, saling peduli terhadap sesama, dan lain sebagainya. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan dengan memperbanyak beribadah. Kita bisa memanfaatkan waktu yang sangat luang untuk beribadah dengan sholat tahajjud dan bisa dilanjut dengan tadarus (membaca Al-Quran) dan bisa dilanjut sholat dhuha di pagi hari. Meskipun dalam kondisi ditimpa musibah kita tidak boleh melupakan untuk selalu bersyukur. Karena musibah hanya sebagian kecil dari jutaan nikmat yang telah Allah berikan pada umatnya (Mahsun, 2020).

Hasil dan Pembahasan

1. MerekontruksiAlam

Rekontruksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengembalian seperti semula. Sedangkan merekontruksi berarti melakukan pengembalian seperti semula. Udara yang bersih, orang tua kembali berperan membimbing dan melatih anak secara penuh seharian, alam pegunungan, pantai tidak terjamah manusia dikarenakan aktivitas manusia dibatasi dengan social atau physical distancing.

Sains dan agama bukan dua sisi mata uang yang berbeda tapi sains dan agama tidak bisa dipisahkan dan diperdebatkan, agama memberikan pedoman bagaimana melakukan sains dengan benar. Beberapa ayat Alquran mempertegas tentang hubungan agama dan sains, misalnya: ilmu hanya berasal dari Tuhan, dengan ilmu manusia berpotensi menjadi khalifah di muka bumi, dan ilmu berfungsi untuk mengenal Tuhan. Bahkan terdapat lebih dari 750 ayat al-Qur’an yang secara khusus menggambarkan peran sains dalam mengenal Tuhan. Misalnya: Ada ayat-ayat yang menyuruh manusia untuk menyingkapkan asal-usulnya serta penciptaan obyek-obyek material, ada juga ayat-ayat yang menyuruh untuk meneliti bagaimana alam fisis ini terwujud, ayat-ayat yang menyuruh untuk mempelajari fenomenaalam, ayat-ayat yang menekankan kelangsungan dan keteraturan penciptaan Tuhan dan masih banyak lagi.Meskipun Pada dasarnya ada sebagian masyarakat dalam melestarikan lingkungan bukanlah pengaruh doktrin Agama Islam tetapi disebabkan oleh pengaruh lokal yang telah menjadi warisan tradisi leluhur mereka (Widana et al.,2018).

2. Pandemi Virus Corona (COVID-19)

Merekontruksi alam dari perspektif sains ilmu biologi dalam hal ini kajian mikrobiologi yaitu virus bahwa munculnya virus ini bila kita ambil hikmahnya ada sisi positif di mana alam kembali me refresh diri dengan berkurangnya aktivitas manusia tubuh bisa kembali merekontruksi diri tentunya dengan positif thinking tidak stress, berkurangnya jumlah kendaraan yang bergerak, berkurangnya aktivitas pabrik (polusi yang dikeluarkan pabrik). Virus corona ini meskipun belum ditemukan vaksin nya namun kita harus menghindari paparan virus tersebut dengan menjaga imun tubuh tetap sehat dan fit.

Pada bulan Desember 2019, muncul penyakit pneumonia yang terkait dengan coronavirus (SARS-CoV-2 yang sebelumnya bernama nCoV-2019) muncul di Wuhan, Tiongkok. Demam adalah gejala yang paling umum, diikuti oleh batuk (Lai et al., 2020). Virus corona dapat menyebabkan berbagai infeksi sistem pada berbagai hewan dan manusia terutama infeksi saluran pernapasan akut (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) (Yin & Wunderink, 2018). Pada 7 Januari, pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Tiongkok (CDC) dari sampel swab dan diberi nama nCoV-1019 (WHO). Epidemi coronavirus SARS-CoV-2, menyebabkan penyakit COVID-19 telah berkembang dari Wuhan. Penyebaran SARS-CoV-2 meluas sehingga ratusan negara terinfeksi dengan penularan manusia ke manusia sehingga virus Corona sebagai pandemi (WHO). SARS-CoV-2 lebih menginfeksi pria yang lebih tua dengan komorbiditas dan dapat berakibat parah dan bahkan fatal seperti sindrom gangguan pernapasan akut (Chen et al., 2020).

Menurut CDC, saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah penyakit coronavirus. Cara terbaik untuk mencegah penyakit adalah menghindari penyebab penularan virus. Virus ini diperkirakan menyebar terutama dari orang ke orang antara lain melalui sentuhan dalam jarak kurang dari 6 kaki atau sekitar 1,82 meter dan melalui dahak atau bersin orang yang terinfeksi. Ada satu hal yang sangat sederhana yang bisa kita lakukan dan diharapkan berhasil untuk mencegah laju penyebaran yaitu, jaga sosial. Jarak sosial ini dapat diartikan dengan menahan diri untuk menjauhi kerumunan dan membatasi keinginan untuk keluar rumah tanpa keperluan yang penting. Memindah pekerjaan, sistem pendidikan secara daring, membatalkan atau menunda rekreasi dan kegiatan-kegiatan yang bersifat massal mungkin tidak nyaman, menjengkelkan dan mengecewakan. Sifat manusia yang saling berinteraksi sosial atau saling membutuhkan seperti halnya sifat kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk suhu dan pH (Supriyatna & Ukit, 2016) pada masa pandemic ini dibatasi. Namun itu sepadan dengan resiko yang akan kita hadapi bila mengabaikannya. Selain itu menjaga kebersihan diri dan lingkungan sesuai panduan yang diberikan oleh pihak kesehatan masyarakat terkait hal ini dan harus dilakukan dengan disiplin (Nuraini et al., 2020).

3. Matematika dan Rekontruksi Alam

Agama dan sains, merupakan dua bagian penting dalam kehidupan sejarah umat manusia. Bahkan pertentangan antara agama dan sains tak perlu terjadi jika kita mau belajar mempertemukan ide-ide spiritualitas agama dengan sains. Motivasi di balik upaya pencarian ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmu matematis adalah upaya untuk mengetahui ayat-ayat Tuhan di alam semesta (Saifulloh, 2017).

Matematika perlu dipahami dengan baik tanpa memahami dengan baik akan timbul praduga yang tidak sesuai dari makna matematika sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari masa kini, hampir tidak ada bidang yang tidak menggunakan matematika. Bahkan dalam praktik keagamaan, umat Islam sudah dikenalkan dan dituntut untuk memahami matematika (Abdussakir, 2009). Untuk memahami matematika dengan baik, perlu memahami matematika secara komprehensif tidak parsial, maksudnya bila memahami sampai pada ada manfaat ilmu tersebut akan mudah memahami dan sampai pada meyakini bahwa matematika dekat dengan kehidupan kita. Pada matematika sosial dalam hal ini komunikasi sosial mengikis asumsi bahwa matematika itu kaku dan sulit berkomunikasi (Hamdan Sugilar et al., 2018), namun matematika sendiri membangun komunikasi melalui simbol-simbol matematika. Misalnya konsep geometri dan logika sangat erat dengan kehidupan sehari-hari apa yang dilihat bentuk atau bangunan itu tidak akan lepas dari geometri bidang datar, lengkung, dimensi dua, dimensi tiga dan lain sebagainya. Begitupun dengan logika yang mempelajari penarikan kesimpulan dengan penalaran logis. Matematika merupakan proses bernalar, pola pikir, pembentukan sikap objektif, jujur, sistematis, kritis dan kreatif serta sebagai ilmu penunjang dalam pengambilan suatu keputusan yang secara tidak langsung mempelajari matematika berarti mempelajari bagaimana masalah yang dihadapi segera diselesaikan (Wanti et al., 2017).

Ilmu pengetahuan Islam tidak hanya menggabungkan atau mencocokkan Sains dan Wahyu, tetapi dengan interaksinya dengan filsafat diharapkan ilmu yang berasal dari wahyu Al-Qur’an akan terus tumbuh, tetapi tidak terlepas dari nilai-nilai agama (Khoirudin, 2017). Memahami dan menggunakan sumber daya alam harus dibarengi dengan aturan agar terjadi keseimbangan antara menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam tersebut, wahyu melalui Al-Qur’an menjadi penuntun dan pedoman agar manusia terus berpikir bagaimana alam diciptakan oleh Allah Swt dapat dimanfaatkan dengan baik namun tidak pada tatanan merusak, ada etika sains dalam menggunakannya. Sains dan matematika merupakan khazanah Islam yang tidak boleh  diabaikan perkembanganya. Umat Islam harus senantiasa ikut berpartisipasi dalam pengembangan sains dan matematika dengan melakukan riset yang bermanfaat bagi masyarakat (Aji, 2014). Mempelajari Al-Qur’an harus dibarengi dengan mengamalkannya, misalnya bagaimana Islam mengajarkan tentang bersuci, menaati peraturan pemerintah, dalam bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan harus sesuai dengan petunjuk yang ada pada AlQur’an.

Pandemi jarang terjadi dan terjadi dalam kurun waktu sekitar 100 tahun. Namun, para ilmuwan di setiap negara menghadapi kesulitan dalam memprediksi simulasi pertumbuhan pandemi ini dengan menggunakan algoritma komputasi lunak untuk memprediksi pola pandemi COVID-19.

Data Terkini Covid-19 di Indonesia, Total Mencapai 8.607 Kasus (Sabtu, 25/4) sumber: (Jayani, 2020). Jumlah kasus baru mengalami fluktuatif naik-turun dengan kecenderungan mengalami kenaikan kasus per harinya. Berikut disajikan grafik kasus harian update pada tanggal 25 April 2020. Kasus positif virus corona (Covid-19) bertambah 396 orang menjadi 8.607 orang per 25 April 2020. Rinciannya, terdapat penambahan pasien sembuh menjadi 1.042 orang dan pasien meninggal menjadi 720 orang(Jayani, 2020). Berdasarkan grafik tersebut jumlah kasus positif, sembuh dan meninggal cenderung meningkat hal ini menunjukkan bahwa jumlah kasus positif dengan pasien sembuh pada tanggal 25 April 2020 perbandingannya sebesar 12,10 % (1042/8607) sedangkan jumlah pasien covid 19 meninggal perbandingannya sebesar 8,36 % (720/8607). Perbandingan antara pasien sembuh dengan pasien meninggal jauh lebih besar pasien sembuh dibanding pasien meninggal. Angka meninggal tentu harus segera diturunkan bahkan dicegah agar semua pasien positif sembuh 100 %. Angka tersebut bukan data statistic tapi data real yang masuk ke pusat data covid 19. Harapannya jumlah kasus positif semakin berkurang atau grafik turun sampai garis sumbu-x (aksis) artinya tidak ada lagi kasus baru atau jumlah pasien positif nol.

Secara matematis ada penurunan jumlah kasus bila manusia mengurangi jarak aktivitas secara langsung atau sosial distancing. Dengan tanpa social distancing dengan perbedaan prediksi kasus sebesar 28813 atau sebesar 98,70 % ini angka yang luar biasa besar selisihnya sehingga kita semua perlu mengikuti himbauan pemerintah untuk social distancing.Manusia diharapkan tetap meningkatkan probabilitas keamanan dirinya dari terkena penyakit dengan terus melakukan tuntunan agama, yang mungkin secara ilmiah tidak bisa dibuktikan berkorelasi, namun secara transenden dipercayai menjadi bentuk komunikasi manusia kepada Tuhan (Aurachman, 2020).

Begitupundengan kasus sembuh mengalami tren naik-turun dengan kecenderungan mengalami jumlah pasien yang sembuh semakin tinggi. Bagaimana dengan kualitas udara sejak Jakarta memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) udara bersih di Jakarta mengalami peningkatan. Penerapan PSBB dan berkurangnya kendaraan yang melintas di Jabodetabek membuat kualitas udara Jakarta, makin membaik. Standarnya, masuk kategori sedang.

Menurut Direktur Jenderal PPKL-KLHK, RM Karliansyah ada beberapa faktor yang membuat kualitas udara di Jakarta, semakin baik hal ini disebabkan jumlah kendaraan yang melintas dari pinggiran Jakarta berkurang saat penyebaran wabah corona (Tim RM, 2020). Ini menunjukkan bahwa ada kaitan antara jumlah kendaraan yang melintas dengan kualitas udara. Udara yang bersih pun dipengaruhi banyaknya polusi udara akibat asap kendaraan, pabrik dan lainnya.

4. Agama dan Rekonstruksi Alam

Abstraksi agama sebagai pedoman, panduan, dan pegangan hidup manusia menjadi riil ketika manusia beragama mampu melaksanakan nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan nyata. Salah satu ajaran agama, dalam hal ini Islam, yang mesti dilaksanakan oleh setiap penganutnya (muslim) adalah perintah untuk menjaga dan memelihara alam. Menjaga dan memelihara alam merupakan amanah yang Allah berikan kepada setiap muslim. Secara filosofis, Langgulung (2004: 276) mengemukakan bahwa konsep “amanah” tersebut berarti semua kehidupan, semua kuasa, semua pengetahuan, dan semua yang ada di bumi adalah kepunyaan Allah.

Idealisme manusia sebagai pemangku amanah Tuhan untuk menjaga dan memelihara alam nampaknya tidak disadari oleh manusia itu sendiri, karena memang sudah menjadi sunnatullah bahwa idealisme tidak selalu berbanding lurus dan berjalan seiringan dengan kenyataan. Dalam kenyataannya, manusia banyak yang tidak menjalankan amanah untuk menjaga dan memelihara alam dengan baik. Indikasinya dapat terlihat dari banyaknya kerusakan alam yang terjadi akibat ulah tangan manusia itu sendiri, seperti gundulnya hutan-hutan akibat penebangan pohon secara ilegal dan berlebihan, tercemarnya air sungai akibat pembuangan sampah dan limbah pabrik, rusaknya terumbu karang dan ekosistem bawah laut akibat bom ikan, tercemarnya udara akibat polusi yang ditimbulkan oleh volume kendaraan yang tidak terkendali, serta sederet kerusakan alam lainnya. Kerusakan alam yang terjadi akibat ulah tangan manusia tersebut menjadi penyebab terjadinya berbagai bencana alam dan gangguan kesehatan yang mengancam keselamatan hidup manusia itu sendiri.

Secara hipotesis dapat dinyatakan bahwa penyebab ketidaksadaran manusia akan fungsinya sebagai pemangku amanah Tuhan untuk mengelola alam ini dengan baik, sehingga manusia mengeksploitasi sumber daya alam yang ada dengan semena-mena dan mengakibatkan terjadinya kerusakan yang nyata di alam dunia ini di antaranya adalah karena manusia tidak beragama, sehingga ia tidak mengenal Tuhan; manusia beragama, namun bukan agama yang sebenarnya (Islam); manusia beragama yang sebenarnya (Islam), namun tidak melaksanakan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan nyata. Jadi, manusia ideal dalam konteks kesadarannya sebagai pemangku amanah Tuhan adalah manusia beragama yang sebenarnya (Islam), dan melaksanakan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan nyata.

Perspektif Islam menyatakan bahwa eksistensi manusia di alam dunia ini adalah dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi yang diemban sebagai seorang hamba (‘abd) di hadapan khaliq-Nya, dan sebagai khalifah di alam semesta (Tafsir, 2001: 34). Salah satu hal yang dipertanyakan oleh para malaikat ketika Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah apakah Allah hendak menjadikan di muka bumi ini orang-orang yang berbuat kerusakan dan menumpahkan darah. Menjawab pertanyaan para malaikat tersebut Allah menegaskan Ke-Maha Besaran dan Ke-Maha Tahuan-Nya, bahwa Dia (Allah) lebih mengetahui perkara yang tidak mereka (malaikat) ketahui. Perkara yang belum diketahui oleh para malaikat adalah bahwa tidak semua manusia akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah, namun akan ada manusia-manusia yang tunduk patuh dan berpasrah diri kepada aturan-aturan Allah yang Allah wahyukan kepada para Nabi dan Rasul-Nya kelak. Merekalah manusia-manusia yang akan menghadirkan kedamaian di alam dunia ini, serta menjaga dan memelihara kelestarian alam.

Konklusi :

Cara terbaik untuk mencegah penyakit adalah menghindari penyebab penularan virus. Physical Distancing dan Social Distancing merupakan cara ampuh dalam memutus mata rantai penyebaran covid-19 hal tersebut dapat diprediksi dari tinjauan matematis bahwa menjaga jarak fisik dan sosial paling ampuh menurunkan jumlah kasus positif covid-19. Upaya tersebut salah satunya dengan adanya PSBB Bila ditinjau dari sains ada hikmah dibalik pandemic ini dimana alam merekontruksi atau me refresh diri melalui penurunan jumlah polusi kendaraan dan pabrik bersumber dari aktivitas manusia. Ditinjau dari sudut agama kita harus senantiasa berikhtiar dengan berdoa, berdzikir semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT disertai tawakal bahwa tidak ada daya kekuatan kecuali pertolongan Allah SWT. Dalam konteks agama dan rekonstruksi alam, berdasarkan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan nyata dapat mewujudkan kelestarian alam; berkurangnya kerusakan alam; dan pemanfaatan sumber daya alam secara proporsional untuk kemaslahatan dan keselamatan hidup umat manusia.

Download Artikel lengkapnya disini.pdf

About Ahmed

maju terus pantang mundur! aku mah gitu orangnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top